Seperti Keindahan
dan kemegahan Grand Canyon di Colorado,
Amerika Serikat. Kini ada di Indonesia. Sebut saja Canyon mininya Indonesia
yang berada di Jombang.
Pesona Kedung
Cinet di Jombang
Keluar dari kota
Jombang, anda akan melewati sepanjang Jalan Tembelang dan Ploso. Alamat lengkap
yang hendak anda tuju adalah Dusun Klitih, Desa Plandaan Kecamatan Plandaan.
Sebelum sampai di
alamat itu, pemandangan alam pedesaan kiranya dapat menyegarkan bola mata anda.
Kombinasi pesona sungai, persawahan, dan kawasan hutan merupa bonus yg dapat
dinikmati selain keindahan Kedung Cinet sendiri. Pertama, anda dapat membirukan
mata dengan luasan Sungai Brantas. Luasan penglihatan seakan membawa nuansa
damainya permukaan sungai yang digagahi oleh Jembatan Ploso ini.
Bonus kedua
ialah warna-warni persawahan Desa Plandaan. Aroma sejuknya persawahan dimulai
dari hamparan sawah padi. Irama angin yang membelah dedaunan padi akan
mengiringi anda selama perjalanan. Berganti dengan semangka dan belewah, kali
ini aroma segar yang berserakan diudara, menyulap anda bak menyusuri pasar
buah. Terakhir, sebelum memasuki Desa Klitih anda harus melewati kokohnya Hutan
Jati di kanan-kiri aspal.
Setelahnya,
barulah anda bersua dengan Desa Klitih, sebuah desa yang sangat sederhana.
Rerumahan penduduk mayoritas terbuat dari kayu dan bambu. Kebanyakan penyedia
layanan seluler tidak kebagian sinyal di desa ini. Sesekali, bau menyengat
peternakan sapi rumahan tercium. Disana dapat anda lihat juga ladang cabai dan
bawang merah di sekitar rerumahan warga.
Jalan akan mengantarkan anda
pada jembatan gantung beralaskan kayu yang sengaja dijajarkan rapih untuk
menahan berat kendaraan anda. Sesi terakhir, anda dimohon bersabar memilah jalan
bebatuan sebelum sampai di Kedung Cinet.
Setelah terbantu
oleh beberapa tanda jalan, anda akan tiba Kedung Cinet. Sesampai di lokasi anda
tak perlu membeli tiket masuk, hanya jaminan uang parkir sebesar tiga ribu
Rupiah yang perlu anda siapkan. Dan akhirnya, anda telah resmi untuk menikmati
ngarai ini. Eloknya kelokan permukaan penampang sungai telah dilengkapi dengan
hijau air dan tumbuhan di kanan kiri sungai.
Suara gemercak air terdengar
seperti asyik mengalir dan bergesekan dengan rongga ngarai. Air turun bening
gemericik menimpa dari batu satu ke yang lainnya. Dengan menyusuri kedung ini,
anda tidak akan kehabisan tempat narsis.
Jernihnya air
lubuk ini dapat anda jumpai hanya ketika musim kemarau. Jikalau kedatangan anda
bersama musim penghujan, maka anda hanya bertemu keruhnya tanah dan warna
coklatnya yang seakan bersenyawa.
Lubuk ini konon menjadi tempat
peristirahatan prajurit dan dayang istana Kerajaan Majapahit. Konon menjadi
konon, tak jarang lubuk ini dijadikan ruang tunggu bagi prajurit Majapahit yang
sedang menantikan kekasihnya.
Ngarai ini semakin
eksis dalam beberapa tagar di media sosial. Kuantitas pengunjungnya
mulai tercermin sedari anda memasuki parkiran motor yang mulai membeludak.
Sumber : www.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar