Kamis, 03 September 2015

Rupiah yang Semakin Melemah, Bisakah pemerintah memperbaikinya ?


Pengamat Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM), Tony Prasetiantono mengatakan, kurs rupiah yang menembus Rp 14 ribu per dolar AS sudah menakutkan. Menurutnya, nilai tukar rupiah harus dikembalikan ke level yang masuk akal.

"Apa pun alasannya itu nggak bener, ya level yang masuk akal sesuai dengan kemampuan kita. Kalau sekarang barangkali Rp 13 ribu per dolar AS, syukur-syukur bisa Rp 12.500 per dolar AS," jelas Tony kepada wartawan di Gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta, Rabu, (2/9).

Menurutnya, semakin melemahnya rupiah disebabkan kecemasan yang berlebihan. "Celakanya setiap orang di dunia, ketika cemas pegangnya dolar," tambah Tony.

Tony mengungkapkan, banyaknya orang yang pegang dolar karena tak mungkin pegang kurs euro di tengah permasalahan ekonomi Uni Eropa. Menyimpan mata uang yen pun tak bisa, sebab perekonomian Jepang sedang stagnan.

Menurut dia, Cina bahkan telah membatasi peredaran kurs Yuan. Pemerintah Cina sengaja melakukan devaluasi agar mata uangnya tak terlalu menguat. "Jadi saya merasa rupiah di level Rp 14 ribu per dolar AS tak akan permanen, sebab saya sudah lihat tanda-tanda orang mulai berada di titik jenuh pegang dolar AS," jelas Tony.

Ia menuturkan, bila banyak investor mulai jenuh simpan dolar, maka akan segera dijual, namun tak lagi ke saham AS sehingga saham AS turun.

Berdasarkan Bloomberg Dollar Index, nilai tukar rupiah masih melemah hingga 39 poin atau 0,28 persen ke Rp 14.106 per dolar AS pada pembukaan hari ini. Kemudian sampai penutupan, rupiah ditutup terdepresiasi 0,28 persen atau 39 poin ke Rp 14.137 per dolar AS.

Sepanjang hari ini, rupiah bergerak pada level terlemah Rp 14.145 per dolar AS, dan terkuat Rp 14.098 per dolar AS.

Lagi, Nilai Tukar Rupiah Dibuka Melemah Jadi Rp 14.145

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (3/9) pagi, bergerak melemah sebesar 13 poin menjadi Rp 14.145 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 14.132 per dolar AS.

"Dolar AS kembali terapresiasi terhadap rupiah seiring dengan rilis data pekerja Amerika Serikat versi ADP (Automatic Data Processing) yang memberi harapan akan terjadinya kenaikan suku bunga the Fed di bulan September ini," kata analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta.
Saat ini, lanjut Lukman Leong, investor sedang menantikan data penggajian nonpertanian atau nonfarm payrolls (NFP) AS yang sedianya akan diumumkan pada Jumat (4/9) untuk melihat kondisi terkini pasar tenaga kerja AS.

"Proyeksi data NFP akan ada kenaikan, begitu juga dengan tingkat pengangguran Amerika Serikat yang diperkirakan turun. Jika proyeksi itu benar maka akan menandai berita positif terhadap AS yang mendukung penguatan dolarnya. Tapi jika dirilis sebaliknya maka tekanan turun terhadap dolar AS dapat terjadi," katanya.

Di sisi lain, lanjut Lukman Leong, sebagian investor juga masih dibayangi kebimbangan menyusul data sektor manufaktur yang menurun. Situasi itu membuat kenaikan tingkat suku bunga the Fed belum terlalu jelas kapan atau jadi tidaknya tahun ini.

"Di tengah ketidakpastian membuat mata uang negara berkembang, termasuk rupiah menjadi kurang menarik," katanya.

Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa tekanan rupiah diperkirakan sedikit mereda seiring dengan semakin aktifnya intervensi Bank Indonesia di pasar valas domestik.

Rangga Cipta mengatakan bahwa stabilisasi di pasar surat utang negara (SUN) juga mulai terlihat mengikuti perkiraan inflasi serta harga komodtias yang turun walaupun pelemahan rupiah tetap akan menjaga "yield" SUN tinggi ke depan. "Intervensi BI itu akan membuat tekanan terhadap rupiah berpeluang sedikit mereda," katanya.

Upah buruh harus naik setahun sekali

Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri mengatakan,  dalam menghadapi tuntutan buruh untuk menaikan upahnya, pemerintah masih terus melakukan kajian.

"Kenaikan upah kerja itu dilakukan satu tahun sekali. Namun memang belum bisa dipastikan besaran nilainya," katanya, Rabu, (2/9).

Pemerintah, ujar Hanif, terus menggelar dialog untuk menemukan formula yang terbaik bagi kenaikan upah buruh. Prinsipnya harus memberikan  kepastian pada pekerja dan pengusaha.

"Upah harus naik setiap tahun, bukan setiap lima tahun sekali. Namun memang besarannya harus dibicarakan lebih dulu."

Namun, kata dia, juga harus ada kepastian untuk dunia usaha terkait besaran kenaikannya. "Kami membutuhkan formula agar kenaikan upah itu sifatnya predictable dan tidak mengganggu perencanaan keuangan perusahaan."

'Zaman SBY Pertumbuhan Ekonomi Banyak Dihujat, Pengangguran tidak Naik'

Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Didik J Rachbini menyarankan beberapa solusi sebagai upaya memperbaiki kondisi perekonomiaan.

Menurut Didik para pemangku kekuasaan mau tak mau harus membenahi kondisi psikologisnya serta kompak dalam bekerja. Terlebih kata dia saat ini kabinet kerja Joko Widodo justru mendapat dukungan dari Koalisi Merah Putih (KMP). "Justru Problemnya di Internal, jangan sampai silang pendapat, pondasi politiknya yang kuat dan psikologisnya," kata Didik dalam diskusi di kantor INDEF Jakarta, Rabu (2/9).

Pemerintah harus peka dan jeli dalam mengantisipasi kondisi fluktuasi global yang makin sering frekuensinya. Ketiga, tidak membiarkan terjadinya pemutusan hubungan kerja.

"Zaman SBY meski dihujat ekonomi terus turun dari 6,5 persen sampe 5 persen, pengangguran tidak naik. Baru sekarang pengangguran itu meningkat," tuturnya.

Berikutnya, memperbaiki pertumbuhan industri dalam negeri serta perbaikan ekspor khususnya pad sumber daya alam. Dan terakhir menghentikan impor sejumlah barang yang tidak bermanfaat di dalam negeri.

"Barang sampah seperi boneka-bonekaan, mainan, kosmetik itu harus dipotong," pungkasnya.

AYO PEMERINTAH PERBAIKI MASALAH PEREKONOMIAN KITA !!!
AYO PEMERINTAH PERBAIKI MASALAH PEREKONOMIAN KITA !!!
JANGAN BIARKAN RUPIAH MELEMAH DAN SEMAKIN MELEMAH DAN TERUS MENERUS MELEMAH !!! PENGANGGURAN PUN MENINGKAT !!!
BARU KALI INI RUPIAH TEMBUS SAMPAI RP. 14.145 !!!


Sumber : www.republika.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar